Selasa, 21 September 2010

Kebangkitan Hari Ketiga Adalah Kode Apokaliptik Yang Tersembunyi

Yesus memandang penderitaan yang akan dialaminya dalam perjalanan misinya sebagai sebuah “penggenapan” dengan tujuan supaya Kerajaan Allah dapat hadir sepenuh-penuhnya. Sebagaimana yang Ia katakan pada kelompok dua belas, “Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dengan segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku yang menentukannya bagi-Ku… kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas tahta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”. Mereka harus menderita terlebih dahulu, baru ditinggikan dan dimuliakan.

 
Para pengikut Yesus bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Bukti yang ada menyiratkan bahwa Yesus sudah memiliki strategi yang jelas dan terinci . Ia telah mengambil sebuah keputusan penting, yang Ia yakini akan bermuara pada pelengseran kekuasaan status quo dan berganti kepada kembalinya tahta kerajaan Daud dalam cara yang dramatis dan tuntas.
Yesus menyuruh muridnya untuk menyebar ke setiap kota. Mandat besar yang diberikan kepada mereka adalah untuk menyembuhkan orang sakit buta (buta akan kebenaran, bukan buta mata), orang sakit kusta (kusta kezaliman/kelaliman atau kemunafikan karena menduakan peranan Allah), menghidupkan orang mati (mati kesadaran sebagai “abdi” Allah, bukan mati fisik), mengusir roh-roh jahat (ajaran-ajaran yang tidak berdasarkan kitab Allah - yakni Taurat Musa, Itulah roh jahat, yakni ajaran-ajaran farisi dan saduki), dan memproklamasikan di setiap tempat bahwa Kerajaan Allah sudah dekat!! Yesus memandang ini sebagai pesan final, yakni bagian akhir dari karya perjalanan hidupnya. Ia memerintahkan kepada murid-muridnya bahwa kota-kota yang menolak mereka akan ditandai sebagai tempat-tempat yang akan dihancurkan pada saat penghakiman yang akan datang (Kerajaan Allah tegak).
Yesus mengalami semacam penglihatan atau mimpi yang di dalamnya Ia menyaksikan keruntuhan dari kerajaan-kerajaan Iblis (yang dimaksud adalah kerajaan dunia yang sedang berkuasa, bukan kerajaan makhluk halus) yang akan segera terjadi. Baginya penglihatan ini adalah konfirmasi absolut bahwa kerajaan Allah akan segera dinyatakan dan bahwa seluruh negeri itu akan segera menyaksikan “kedatangan anak manusia yang akan duduk di atas tahta sebagai raja dalam kerajaan Allah”
Herodes Antipas mulai cemas dengan tindakan-tindakan Yesus dan para pengikutnya dan segera mengeluarkan perintah untuk menangkap Yesus dan para tokoh-tokoh di dalam gerakan revolusioner yang dipimpin oleh Yesus. Beberapa orang farisi mengetahui perintah ini dan memperingatkan Yesus bahwa Ia harus segera meninggalkan Galilea karena Herodes bermaksud untuk menangkapNya. Namun Yesus berkata kepada mereka (farisi) : “Pergilah dan katakanlah kepada Si Srigala itu : “Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari ketiga Aku akan selesai” (Lukas 13 : 32)
Pada hari ketiga Aku akan selesai dalam artian bukan misinya yang selesai (karena misinya harus digenapi dalam selama 6 hari , pada hari ke tujuh adalah sabath), tetapi aktivitas menyembuhkan orang atau mengusir setan lah yang selesai, aktivitas itu adalah aktivitas dakwah . Perlu difahami bahwa aksi Yesus dalam mewujudkan visinya yakni bangkitnya kerajaan Allah di muka bumi, tidak hanya dilakukan dengan dakwah saja, tetapi ada aktivitas perlawanan yang sesungguhnya kepada kekuasaan status quo, itu dilakukan setelah hari ketiga.
Perhatikan Lukas 22 : 35-36 : “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?" Jawab mereka: "Suatu pun tidak." Kata-Nya kepada mereka: "Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang .
Jubah adalah simbol aktivitas dakwah, sedangkan pedang adalah simbol aktivitas perlawanan secara fisik kepada kekuasaan status quo. Tentu saja “pedang” akan berlaku ketika setelah dibangkitkan, yakni setelah hari ketiga. Tetapi sayangnya gereja mengatakan hari ketiga adalah hari naiknya Yesus ke langit dan duduk di sebelah kanan Allah.
Penyebutan “hari ketiga” disini mempunyai nuansa kenabian (nubuat-penggenapan). Frasa ini merupakan alusi tersembunyi namun langsung terhadap kata-kata yang disampaikan oleh Nabi Hosea dalam kitabnya: "Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita , dan kita akan hidup di hadapan-Nya.” (Hosea 6 : 1-2)
Di dalam teks ini, ummat Israel lah yang telah dipukul dan akan dihidupkan kembali sesudah dua hari yakni pada hari ketiga. Hosea sedang berbicara tentang kondisi Israel di dalam pembuangan, dibawah pemerintahan asing yang “diizinkan” oleh Allah sebagai akibat dari dosa-dosa mereka. Dan sekaligus Hosea juga bernubuat tentang kebangkitan ummat Israel pada hari ketiga, setelah dua hari mereka diterkam dan dipukul. Menurut Hosea pada titik inilah (hari ketiga) Allah akan “membangkitkan” Israel dari penindasan yang dialaminya, dengan cara mengeluarkan mereka (Umat Israel) yang dipimpin oleh Yesus sendiri dari negeri yang menindasnya sehingga mereka terlepas dari perbudakan Herodes sebagaimana ummat Israel yang pertama kali dikeluarkan oleh Musa yang lepas dari perbudakan Fir’aun (Mesir), Itulah esensi kemenangan bagi umat Israel, menjadi umat yang merdeka.
Entah pesan ini sampai kepada Herodes atau tidak, makna yang dikodekan dan tersembunyi itu pasti tidak tertangkap oleh pemahamannya dan dunia hari ini. Akan tetapi bagi Yesus, masing-masing teks kenabian ini merupakan satu keping dari sebuah teka-teki gambar susun yang besar.
Di waktu-waktu kemudian, penyebutan Yesus tentang “misinya” yang akan dibangkitkan “pada hari yang ketiga” akhirnya dirancukan dengan ide-ide tentang Yesus sendiri yang dibangkitkan dari orang mati “pada hari yang ketiga” lalu naik ke langit dan duduk di sebelah kanan Allah. Akan tetapi teks Hosea ini jelas-jelas berbicara “komunitas” yang dipimpin oleh Yesus. Lagi pula yang dimaksud Hosea dan Yesus bukanlah hari secara harfiah yang terdiri dari dua puluh empat jam, tetapi adalah sebuah etape atau fase di dalam mewujudkan Kerajaan Allah di muka bumi. Yesus menggunakan frasa ini semacam “kode apokaliptik” untuk mengungkapkan pemahaman-Nya atas periode akhir menjelang tegaknya kerajaan Allah.
Pada saat itu pula, Yesus juga memperolah berita bahwa lawan-lawanNya di Yerusalem sedang mencari jalan untuk menangkap dan membunuhNya. kelihatanNya para musuh ini adalah para pemimpin bangsa Yahudi dari kelas aristokrat. Mereka menganggap tokoh-tokoh seperti Yohanes Pembabtis dan Yesus sebagai ancaman terhadap kekuasaan dan kontrol mereka, baik atas tatanan politik dan perekonomian di Bait Allah maupun dalam hal pengaturan perkara-perkara keagamaan, dan lebih menghawatirkan lagi bagi mereka adalah ancaman ideologi. Yesus merasa waktunya masih belum tepat untuk berkonfrontasi secara fisik dengan Herodes di Galilea maupun dengan pihak penguasa di Yerusalem, karena segala sesuatu ada masanya, ada waktunya. Karena itu Ia memutuskan untuk berpindah ke arah timur, menyeberangi sungai Yordan, ke sebuah wilayah bernama Dekapolis. Dekapolis berada di luar perbatasan Galilea dan Yudea. Bagi Yesus beserta rombongannya, itulah kebangkitannya hari ketiga, karena di sana mereka bebas dari gangguan dan aman, serta di sana pula Ia merencanakan tahapan selanjutnya untuk menggenapi misinya, yakni tegaknya kerajaan Allah di muka bumi. Itu suatu keniscayaan, seperti yang dinubuatkan di dalam kitab Daniel 2 : 34-35 : “Sementara tuanku melihatnya, terungkit lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia , lalu menimpa patung itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu, sehingga remuk. Maka dengan sekaligus diremukkannyalah juga besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu, dan semuanya menjadi seperti sekam di tempat pengirikan pada musim panas, lalu angin menghembuskannya, sehingga tidak ada bekas-bekasnya yang ditemukan. Tetapi batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi.” Sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia adalah Yesus itu sendiri yang membangun kekuatan bersama Umat Israel untuk menghancurkan kaki patung tersebut yang terbuat dari besi dan bercampur tanah liat, dan itulah Kerajaan Romawi yang ditundukkan oleh Yesus . Batu itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi maksudnya adalah kerajaan Allah tegak berkuasa di bumi, yang kekuasaannya meluas sampai ke ujung-ujung bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar